Mengenal Warisan Budaya untuk Turun Temurun
Belajar Sejarah di Pulau Penyengat |
Kitabahagia.com - Pulau Penyengat yang berada di
Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau menyimpan banyak bukti keabadian
tentang cinta, perjuangan dan juga sejarah Melayu. Sehingga tidak heran, saat
ini Pulau Penyengat sedang menanti keputusan UNESCO sebagai warisan Cagar
Budaya Dunia. Kenapa pulau yang berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850
meter ini bisa masuk dalam warisan budaya?
Hal lain,
tidak luput dari tapak tilas sejarah yang bisa dilihat dari bukti peninggalan
sejarah Islam Melayu yang ada di Pulau ini. Sebuah kisah, pulau ini sebagai mahar
dari sultan untuk seorang Putri yakni Engku Putri Raja Hamidah. Awal mulanya, masjid di pulau ini terbuat dari
kayu. Kemudian, ketika Raja Abdul Rahman
memegang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga (1832-1844), menggantikan Raja
Jaafar. Ia menyerukan masyarakat untuk beramal di jalan Allah, yakni dengan membangun
masjid di atas tapak masjid yang lama.
Semangat
antusias masyarakat untuk bahu membahu membangun masjid Penyengat itu sangat
luar biasa. Mereka mendedikasikan diri mereka untuk membuat masjid yang megah
di Pulau Penyengat. Hal itu terbukti, fondasi masjid berhasil dikerjakan hanya
kurun waktu tiga pekan. Tidak hanya tenaga saja, banyak masyarakat juga menyumbangkan makanan seperti beras,
sagu, dan lauk-pauk termasuk telur ayam. Makanan yang berlimpah-ruah, bahkan
konon putih telur sampai tidak habis dimakan. Sehingga, tukang pada bangunan
induk masjid menyarankan menggunakan putih telur itu. Akhirnya dicampur dengan
semen untuk perekat batu. Itulah sebabnya mengapa banyak masyarakat menyebutkan
bahwa masjid tersebut dibuat dari putih telur hingga saat ini.
Apa saja yang tersisa dari Sejarah Pulau Penyengat itu? Hingga
Kini, Bangunan apa saja yang masih dipertahankan di Pulau Penyengat?
Masjid Penyengat yang masih berdiri kokoh- SP: rajahajifisabilillah-airport.co.id |
=> Masjid Raya Sultan Riau
Masjid ini hingga
saat ini masih berdiri kokoh di Pulau Penyengat. Bangunan utama masjid ini berukuran 18 x 20
meter ini masih dijadikan tempat untuk beribadah bagi umat muslim. Menurut sejarahnya, masjid ini dibangun dengan
menggunakan campuran putih telur, kapur, pasir dan tanah liat.
Mushaf Al-Quran di Masjid Penyengat - SP: wonderful-kepri.blogspot.com |
=> Mushaf al-Quran
Masih
tersimpan dua buah al-Quran tulisan
tangan di dalam Masjid Sultan Riau Pulau
Penyengat. Salah satu yang diperlihatkan kepada pengunjung adalah hasil goresan
tangan Abdurrahman Stambul, seorang penduduk Pulau Penyengat yang dikirim oleh
Kerajaan Lingga ke Mesir untuk memperdalam ilmu Agama Islam.
Istana Kantor masih berdiri kokoh - SP psychoparadiso.com |
=> Istana Kantor
Istana
Kantor adalah istana dari Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali (1844-1857).
Selain digunakan sebagai kediaman, bangunan yang dibangun pada tahun 1844 ini
juga difungsikan sebagai kantor oleh Raja Ali. Saat ini yang tersisa dari
Istana Kantor adalah bangunan dan puing yang masih memperlihatkan kemegahannya pada masa lalu.
Balai Adat Melayu di Pulau Penyengat - SP: graphicdesignpictures.com |
=> Balai Adat Melayu
Balai Adat
Pulau Penyengat adalah replika rumah adat Melayu yang pernah ada di Pulau
Penyengat. Bangunan Balai Adat merupakan rumah panggung khas Melayu yang
terbuat dari kayu. Balai Adat difungsikan untuk menyambut tamu atau mengadakan
perjamuan bagi orang-orang penting.
=> Monumen Bahasa Melayu
Pada
tanggal 19 Agustus 2013, telah diletakkan batu pertama pembangunan Monumen
Bahasa Melayu di areal dalam bekas Benteng Kursi, Pulau Penyengat, oleh
Gubernur Kepulauan Riau, Alm HM Sani. Monumen ini dibangun untuk menghormati dan
menghargai jasa-jasa Raja Ali Haji
sebagai pahlawan nasional di bidang bahasa. Plus, mengenalkan tentang asal dan arti bahasa Melayu yang
dipakai di Kepulauan Riau dan Lingga, serta bahasa Indonesia yang digunakan
saat ini.
Salah satu makam tokoh sejarah Islam-Melayu SP: sengpaku.blogspot.com |
=> Makam-Makam Sosok Pendiri Sejarah Islam Melayu
Warga Kota
Tanjung Pinang dan sekitarnya kerap mengunjungi makam-makam tokoh pendiri
Melayu Islam di Pulau Penyengat ini, seperti makam dari Engku Putri Raja Hamida
dan lain-lainnya.
Tentunya,
mengunjungi Pulau Penyengat akan membawa kita kembali ke masa kejayaan Islam
Melayu yang ada di Indonesia, khususnya di daerah Kepulauan Riau. Selain pemandangan
yang indah, banyak informasi dan pengetahuan yang didapat. Sehingga, ini layak dipertahankan
hingga generasi dan regenerasi.
Note:
Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Buktikan Cintamu kepada Warisan Dunia dalam program Love Or Lost. #bukticinta_blog
Terimakasih telah membaca tulisan ini. Berarti pembaca kitabahagia.com telah
menghargai dan mencintai warisan budaya Indonesia.
Salam Bahagia
peninggalan budaya itu aku suka apalagi yang namanya sitana bikin mupneg ke sana
ReplyDelete@ sist tira
DeleteBener banget mba.. sitana itu dimana ya? Hihihi maklum kurang piknik. Seringnya berkunjung cuma prambanan dan brorobudur saja :)
gak pernah bosan mampir ke penyengat jika bertandang ke tanjung pinang...
ReplyDelete@ sist sarah
DeleteBener banget.... walau pulau kecil tapi ngangenin selalu.... seperti melarikan diri dari aktivitas berat hihihi
@ sist sarah
DeleteBener banget.... walau pulau kecil tapi ngangenin selalu.... seperti melarikan diri dari aktivitas berat hihihi